Selesai sudah perhelatan akbar kompetisi nomor wahid antar klub eropa yang menahbiskan A.C Milan sebagai kampiun untuk ketujuh kalinya. Gelar ini semakin mendekatkan Milan pada rekor juara yang dimiliki oleh Los Blancos - Real Madrid yang 9 kali merajai ajang Piala / Liga Champion.
Awalnya, aku menjagokan Si Merah untuk menjadi juara karena Il Diavolo Rosso selalu mengalami kesulitan ketika menghadapi tim yg 'hanya' bermodalkan tenaga dan kecepatan. Selain itu, fakta (*statistik) 'menyatakan' kl road to final Liverpool lebih baik dari Rossoneri, dan penampilan Liverpool di LC musim ini menunjukkan diri sebagai tim dengan determinasi tinggi sejak peluit pembuka disemprit hingga epilog laga. Tapi, penampilan pada final kali ini menjadi antiklimaks bagi Liverpool. Para punggawa the Red seperti melupakan bagaimana cara bermain mereka yang membuat mereka bisa menjejakkan kaki difinal. Jika saja The Red tampil seperti ketika menundukkan Azulgrana dan The Blues, maka peluang menjadi juara akan lebih condong ke Liverpool.
Seperti yang udah diprediksi, pertandingan berjalan dalam tempo lambat. Pemain2 Liverpool terlalu takut untuk maju untuk menyerang, dan hanya 'menyuruh' Gerard dan Dirk Kuyt saja didepan untuk menghadapi pemain belakang....Come on, ini final gitu loh, cuma sekali semusim, you'll either win or loose, ngapain defensif, bikin ngantuk aja..Sementara Milan bisa dengan bebas bergerak ditengah tapi kesulitan untuk maju ke depan karena 'ditebas duluan' sebelum mencapai daerah pertahanan the Red. Milan memainkan starter terbaik yg menunjang skema permainan yang seimbang antara penyerangan dan pertahanan. Sementara, Pemilihan starter Liverpool jg kurang tepat kl menurutku, sebaiknya sayap kanan diisi oleh Gerard, sayap kiri diserahkan ke Kewell ato Risse (beknya kirinya Arbeloa) dan Crouch dipasang dari awal, sementara Pennant dimainkan pd 10 ato 15 menit terakhir aja..kl emang perlu..
Tapi sepakbola bukanlah matematika, hitung2an juara yang melulu hanya berdasarkan statistik 'masa silam' dan perimbangan kekuatan masing2 lini kedua tim yang akan bertarung, bisa menjadi terbalik 180 derajat dilapangan, karena selain faktor tersebut, ada faktor lain yang menunjang sebuah tim bisa mengakhiri laga dengan dada terbusung, misal faktor venue, sejarah, spirit, bahkan superstition, dan yang lebih penting lagi 'mbak' Dewi yang bernama Fortuna....weits, penting banget kl 'mbak' yang satu ini, krn sebaik dan sebagus apapun kualitas serangan dan jumlah tembakan ke gawang, kl sebelumnya kita bikin dia ngambek trus milih nyuporterin 'tetangga', siap2 aza gigit jari.
Demikian lah, kira2nya reportasye dari saya, see you on the next episode......Irian dan Cendrawsih, Sekian dan Terima Kasih.
Thursday, May 24, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment